Dalam acara pembukaan parenting pada tanggal 31 Agustus 2019 di Hotel Utami kemarin yang dihadiri oleh banyak wali murid yang terdiri dari wali murid kelas KB-TK dan SD-SMP kelas 1 di awali dengan filosofi bercermin. Menurut Bunda Elly Risman, filosofi cermin adalah bagaimana seorang anak bisa mengikuti kita sebagai orang tua juga suri tauladan bagi mereka. Begitupun sebaliknya, kita juga harus sedikit banyaknya kita harus mengikuti apa yang mereka inginkan. Kita tidak bolegh membiarkan anak-anak kita menjadi generasi penerus yang tidak punya panutan atau tiruan. Berbagai masalah yang kita hadapi di zaman millennial ini, terutama masalah teknologi. Tidak menutup kemungkuinan anak-anak kita sudah mendapati Handphone masing-masing yang diberikan oleh orang tua mereka sendiri dan ironisnya diberikan pada usia yang belum pantas.
Survey membuktikan dari hasil data online yang dikemas oleh bunda Risman untuk wali murid. Ternyata di antara puluhan wali murid telah memberikan Handphone sejak usia 2-4 tahun. Ini merupakan hasil survey yang sangat miris. Bagaimana ke depannya nanti bila anak sejak usia 2-4 tahun sudah menggenggam Handphone? Apakah anda yakin anak-anak anda 10-20 tahun kemudian baik-baik saja? Siapakah yang salah? Anak ataukah orang tua?
Tugas orang tua memanglah tidak mudah, apalagi kita tidak pesangon yang cukup buat mendidik anak-anak kita di era millennial saat ini. Gadget merupakan pintu sarana bagi anak-anak untuk terjun ke dalam berbgai macam hal negatif. Misalnya, Pornografi, Narkoba, Radikal dll. Dengan memberikan gadget apakah anda yakin, anak-anak kita tidak akan terjerumus dalam hal-hal demikian? Orang tua haruslah bijak dalam berteknologi. Bunda Elly Risman berbagi tips kepada kita semua untuk bisa bijak dalam berteknologi yakni,
- Jangan latah harus punya prinsip
- Buat aturan kesepakatan
- Jadilah teladan
- Dialog dengan anak berkala
- Buat lish mengenai masalah anak
- Perbaiki komunikasi
Untuk itulah peran orang tua di sini sangatlah penting. Bagaimana caranya mendidik anak-anak sesuian tatanan agama dan tuntunan Rasulallah. Sebagaimana anak kita harus menjadi Qaulan Syadidan, Qaulan kariiman. Anak yang hebat tergantung bagaimana orang tuanya mendidik. Kita tidak pernah menyadari bahwasannya bencana besar kepada anak sebenarnya lahir dari diri kita sendiri selaku orang tua. Adapaun cara orang tua mendidik dengan baik yakni,
- Bersyukur
- Mempengaruhi seluruh peran dan cara mengasuh anak
- Mengenali dan mengerti pokok-pokok permasalahan
- Perbaiki peran dan tanggungjawab sebagai ayah dan ibu
Ayah dan ibu adalah lelaki dan perempuan pilihan Allah yang dipercaya untuk dianugrahi dan dititipkanNya anak. Saling menyadari betapa pentingnya peran oarng tua dalam mengasuh anak-anak. Tidak hanya itu, kedua oarng tua haruslah mempunya komitmen atau kesepakatan antara orang tua dan anaknya. Misalnya dalam hal tugas teknologi, memberikan batasan waktu kepada anak untuk bermain Handphone. Tapi, jangan lupa untuk di damping dalam penggunaannya. Apabila orang tua tidak ada waktu untuk anaknya khususnya seorang ayah, maka menurut bunda Elly Risman mengenai akibat ber-ayah ber-ayah tiada ini akan mengakibatkan yang pertama fatherless syindrom yakni pada sistem emosional yang mengarah pada keputusan hubungan disfungsional yang berulang, terutama di bidang kepercayaan dan harga diri. Ini bisa menjadi sindrom seumur hidup jika gejalanya tidak dikenali dan tidak diakui. Yang kedua temper tantrumyakni ledakan emosi, biasanya dikaitkan dengan anak-anak atau orang-orang dalam kesulitan emosional, yang biasanya ditandai dengan sikap keras kepala, menangis, menjerit, berteriak, menjerit-jerit, pembangkangan, mengomel marah, resistensi terhadap upaya untuk menenangkan dan, dalam beberapa kasus, kekerasan. Kendali fisik bisa hilang, orang tersebut mungkin tidak dapat tetap diam, dan bahkan jika “tujuan” orang tersebut dipenuhi dia mungkin tetap tidak tenang. Yang ketiga yakni kehilangan rasa nyaman. Yang keempat psikologis akan memburuk, jiwa akan merasa terganggu atau tidak tenang. Yang kelima anak akan menjadi agresif yakni cenderung (ingin) menyerang sesuatu yang dipandang sebagai hal atau situasi yang mengecewakan, menghalangi, atau menghambat. Kurangnya peran ayah kepada anak laki-laki akan berdampak anak menjadi nakal, agresif, narkoba, dan seks bebas. Dan kurang peran ayah kepada anak perempuan akan berdampak deperesi dan juga seks bebas.
Seorang ayah adalah modelingyang mempunyai pengaruh besar terhadap anaknya. Seoarang ayah harus membiasakan berkomunikasi dengan anaknya setiap hari. Melakukan pembiasaan berbicara kepada anak. Hasil riset di Amerika menunjukkan komunikasi dengan anak perminggu hanya 20 menit. Bagaimana dengan kita? Apakah kita akan sama dengan mereka atau bahkan lebih parah dari mereka yang tidak punya waktu buat anak. Seorang anak itu ingin didengar perasaanya, dengarkan perasaanya jangan dibalas dengan kalimat berfrekuensi tinggi. Dan untuk orang tua harus pandai-pandai membaca bahasa tubuh seorang anak. Misalnya, anak sedang lari-lari dan akhirnya terjatuh lalu tangannya memegang bagian kakinya yang sakit karena terjatuh. Di sini bagaimana orang tua membaca bahasa tubuh seorang anak. Apakah kita akan berkata, “ Tuhkan sudah dibilangin nggak boleh lari-lari tetap aja lari-lari”. Tidak menutup kemungkinan kalimat itu yang sering kita lontarkan kepada anak kita ketika anak kita terjatuh dari akibat tingkahnya sendri. Kalimat ini mengandung nilai pesimis,yang membuat anak menjadi down.Menurut bunda Elly Risman apabila anak terjatuh ketika sedang berlari-lari, kita harus dekati dia dengan perasaan, turunkan frekuensi pitutur, dan awali dengan sentuhan perasaannya. Karena dia sakit kakinya, berarti awali dengan kalimat “Sakit ya dek kakinya?” kalimat ini mengandung nilai peduli dan optimus bagi anak. Anak akan terus mengingat bahwa perasaanya dipedulikan dan diperhatikan. Dengan itu anak tidak akan merasa down, mental anak jadi tetap terjaga.
Selain itu, ayah yang baik bisa dilihat bagaimana hubungannya dengan Allah. Bagaiamana sholatnya, dan dekat dengan Al-quran tidak? Bagaimana dalam Alquran disebutkan bahwasannya seorang laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita. ”Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”. (Q.S Annisa’ ayat 34)