Karya : Ustdzah Imawati
Sejak lama kita sering mendengar Pancasila dan tentunya telah diajarkan di sekolah, Biasanya dalam pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Pancasila tak sekedar menjadi hafalan bagaimana bunyi tiap sila dan simbol semata, namun dihayati seumur hidup. Pemerintah pun menciptakan profil pelajar Pancasila yang terdiri dari 6 ciri utama, yaitu : beriman bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Dari gagasan tersebut, internalisasi nila Pancasila bukan hanya sekedar capaian ketuntasan mata pelajaran saja tapi tercermin dalam setiap sikap (akhlak). Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Sebab baik dan buruknya suatu masyarakat tergantung dari bagaimana akhlak masyarakat tersebut. Begitu juga dengan sikap anak, baik buruknya tergantung bagaimana akhlak mereka di rumah.
Bapak Pendidikan kita Ki Hadjar Dewantara berkata bahwa setiap orang adalah guru dan setiap rumah adalah sekolah. Dan di masa daring semua orang adalah guru dan setiap tempat adalah sekolah. Yang bisa memberi pendidikan tidak hanya seseorang yang berlabel guru, orang tua tanpa pendidikan tinggipun bisa mendidik anaknya. Terutama pendidikan karakter sopan santun. Siswa tidak lagi belajar di sekolah, Lalu, bagaimana internalisasi Pancasila saat masa BDR di rumah? Tidak perlu hal yang muluk untuk penerapan nilai Pancasila. Hanya dengan menerapkan hal sederhana dan menjadi good habit sudah cukup.
Internalisasi profil pelajar Pancasila yang bisa dilakukan di rumah seperti : Beriman dan bertakwa dengan sholat tepat waktu, bisa juga menjadi anak yang ramah menyapa tetanga sekitar. Berkebinekaan global dengan tetap mencintai budaya daerah di tengah gencarnya K-Pop (Korea) seperti bisa berbasa Jawa krama (sopan santun) dengan unggah-ungguhnya, bergotong royong dengan cara saling bekerjasama menjaga kebersihan rumah, mandiri dengan bertanggung jawab mengerjakan tugas sendiri, bernalar kritis dengan tidak mudah percaya banyak informasi hoax dan yang terpenting lagi tetap berakhlak dalam chat medsos. Yang terakhir kreatif bisa dengan berkreasi editing video saat ada penugasan proyek membuat video. Bisa juga dengan kreatif menerapkan pemilahan sampah dan merawat hewan peliharaan di rumah.
Meski masa BDR kita tetap bisa menginternalisasi nilai Pancasila menjadi profil pelajar Pancasila dengan mudah dan terbiasa. Seperti kata Mahatma Gandhi, Your beliefs become your thoughts, your thoughts become your words, your words become your actions, your actions become your habits, your habits become your values, your values become your destiny. Sekarang, pilihan ada di tangan kita Pancasila hanya sebagai hafalan atau pembiasaan di rumah?